Langsung ke konten utama

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI LAUT Modul II ANGIN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN
KLIMATOLOGI LAUT
 Modul II
ANGIN



Oleh :
Zufita Khairani
26020215130069
Oseanografi B

Asisten Praktikum :
Nabila Alia Pangestu Iskandar           26020214130060
Indah Kurniasari                                 26020214130054
Kaisar Parti Hasudungan                    26020214120012
Aufi Dina Amalina                             26020214120010

Koordinator Praktikum :
Drs. Heryoso Setiyono, M.Si
196510101991030005

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016



LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

No
Keterangan
Nilai
1
Pendahuluan
2
Tinjauan Pustaka
3
Materi dan Metode
4
Hasil dan Pembahasan
5
Penutup
6
Daftar Pustaka
7
Lampiran
Nilai Akhir

Semarang, 21 April 2016

Asisten (Modul)



KAISAR P.H
NIM 26020214120012
 
                                                                                                   Praktikan



                                                                                                 ZUFITA KHAIRANI
                                                                                                 NIM 26020215130069

 
                                             Mengetahui
                                                       Koordinator Praktikum



                                                  Drs. Heryoso Setiyono, M.Si
                                                   196510101991030005




 












I.      PENDAHULUAN

1.1                   TUJUAN
1.        Mahasiswa dapat menganalisis data angin
2.        Mahasiswa dapat membuat bunga angin (Windrose) dan mengintepretasikannya







II.               TINJAUAN PUSTAKA

2.1  ANGIN
Menurut Ruhimat dan Mustar (2008) Angin adalah massa udara yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Tiupan angin terjadi jika di suatu daerah terdapat perbedaan tekanan udara maksimum dan minimum. Angin bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.
Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ketempat lainnya. Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak panas matahari dibandingkan  tempat lain. Permukaan tanah yang panas membuat suhu udara diatasnya naik. Akibatnya udara yang naik mengembang dan menjadi lebih ringan. Karena lebih ringan dibandingkan udara sekitarnya, udara akan naik. Begitu udara panas tadi naik, tempatnya akan segera digantikan oleh udara sekitar terutama udara dari atas yang lebih dingin dan berat. Proses ini terjadi terus-menerus, akibatnya kita bisa merasakan adanya pergerakan udara atau yang disebut angina. Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya angin basah, angin kering dan sebagainya. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu (1) daerah asalnya dan (2) daerah yang dilewatinya dan (3) lama atau jarak pergerakannya (Nasir, 1990).
Menurut Lakitan (2002), massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya, akan menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi terhadap arah angin disebut pengaruh Coriolis.
Hukum gerak menyatakan bahwa sebuah benda yang dalam keadaan diam akan bergerak akan tetap bertahan pada keadaannya. Kecuali ada gaya dari luar yang bekerja terhadap benda tersebut, Oleh karena itunya udara yang tenang akan kembali menjadi (angin) bila ada gaya yang bekerja diatmosfer yang menyebabkan terjadinya keadaan tidak seimbang  (Handoko,1999). Menurut Wahyuningsih (2004), makin ke atas maka suhu makin dingin dan terjadilah kondensasi yang selanjutnya terbentuk titik-titik air. Titik-titik air itu kemudian jatuh sebagai hujan sebelum mencapai puncak pada lereng pertama. Angin terus bergerak menuju puncak, kemudian jatuh pada lereng berikutnya sampai kelembah. Karena sudah menjatuhkan hujan maka angin yang menuruni lereng ini bersifat kering. Akibat cepatnya gerakan menuruni lereng, angin menjadi pasang sehingga angin fohn memiliki sifat menurun, kering, dan panas.
Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan permukaan yang licin (smooth), variasi yang diakibatkan oleh kekasaran permukan disebut turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara panas pada permukaan bergerak ke atas secara vertikal, kaena adanya resistensi dari lapisan udara di atasnya. Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan atmosfer ini disebut turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif. Fluktuasi kecepatan angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih kecil tetapi frekuensinya lebih tinggi (lebih cepat) dibandingkan dengan fluktuasi akibat turbulensi termal  (Karim,1985).
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan bumi. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah mendapat tekanan udara dari yang diatasnya. Oleh karena itu lapisan yang dibawah keadaan tegang. Ketegangan itu sangat besar sehingga berat udara yang diatasnya bertahan dalam keadaan seimbang. Tinggi barometer ialah panjang kolom air raksa yang seimbang dengan tekanan udara pada waktu itu (Takeda, 2005).
2.2  WINDROSE
Wind Rose adalah diagram yang menyederhanakan angin pada sebuah lokasi dengan periode tertentu. Wind Rose (diagram mawar angin) juga digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui delapan arah mata angin. Selain itu, windrose juga dapat diartikan sebagai grafik yang digunakan oleh para Meteorologist untuk memberikan pandangan secara ringkas bagaimana kecepatan angin dan arahnya yang terdistribusi pada sebuah lokasi. Wind rose menggambarkan frekuensi kejadian angin pada tiap arah mata angin dan kelas kecepatan angina pada lokasi dan waktu tertentu. Wind rose dapat pula digunakan untuk menampilkan grafik dari kecenderungan arah pergerakan angin pada suatu wilayah. Karena pengaruh dari kelerengan lokal, kemungkinan efek pesisir, jangkauan alat, dan variabilitas temporal dari angin, perhitungan wind rose tidak selalu mewakili pergerakan riil angin di wilayah tersebut. Manfaat Wind rose biasa digunakan dalam bidang pelayaran dan penerbangan (rancang bangun), Angin Musim (perubahan arah angin musiman), sebagai analisa untuk pengembangan sumber energi (Pembangkit Listrik Tenaga Angin) dan lain-lain. (Habibie et al., 2011)

2.3  FAKTOR TERJADINYA ANGIN
Menurut Cronin et al (2003) Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya angin diantaranya adalah:
1.      Gradien Barometris
Gradien Barometris merupakan bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua garis isobar atau garis khayal yang memiliki tekanan udara yang sama yang dihitung untuk tiap-tiap 111 km = 1° di ekuator. Satuan jarak diambil dari 1° di ekuator yang panjangnya sama dengan 111 km (1/360 × 40.000 km = 111 km). Rumus Gradien Barometris adalah: selisih isobar x ( 111 km / jarak ). Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan anginnya.
2.        Ketinggian Lokasi (Altitude)
Semakin tinggi lokasinya semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menhambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar, sehingga aliran angin dapat tertahan oleh pemberi gaya gesek seperti pohon, maupun bentukan topografi lainnya. Semakin tinggi ketinggian suatu tempat, maka gaya gesekan ini menjadi semakin kecil.



2.4  MACAM – MACAM ANGIN
Menurut Utoyo (2007) angin dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,  berdasarkan lokasi terjadinya angin tersebut. Jenis – jenis angin ini diantaranya:
1.      Angin laut dan Angin Darat
Gambar 4. Skema angin darat dan angin laut
a.       Angin laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini bisa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
b.      Angin Darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut, yang pada umumnya terjadi saat malam hari, mulai dari jam 20.00 sampai dengan 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan.

2.      Angin Lembah dan Angin Gunung

               Gambar 5. Skema angin lembah dan angin gunung

a.       Angin Lembah
Angin Lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke puncak gunung dan biasa terjadi pada siang hari.
b.      Angin Gunung
Angin Gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung  ke lembah gunung dan terjadi pada malam hari.

3.      Angin Fohn
Gambar 6. Skema Angin Fohn
Angin Fohn (Angin Jatuh) adalah angin yang terjadi sesusai hujan Orografis (hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak secara horizontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, lalu suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Maka terjadilah hujan di sekitar pegunungan). Angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelembaban yang berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter , naik di satu sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering , karena uap air sudah hilang pada saat hujan orografis. Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubunya terhadap serangan penyakit.



4.      Angin Muson
Gambar 7. Skema Angin Muson
Angin muson atau biasanya disebut sengan angin musim adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan periode yang lain polanya akan berlawan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Angin Muson dibagi menjadi 2 dua macam yaitu :
a.       Angin Muson Barat
Angin Musim/Muson Barat adalah angin yang mengalir dari benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung curah hujan yang banyak di Indonesia bagian barat, hal ini disebabkan karena angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari, dan maksimal pada bulan januari dengan Kecepatan Minimum 3 m/s.
b.      Angin Muson Timur
Angin Musim/Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia( musim dingin) ke Benua Asia (Musim panas) sedikit curah hujan ( kemarau) di Indonesia bagian timur karena angin melewati celah-celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan juni, juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan juli.



III.           MATERI DAN METODE

3.1  MATERI
Hari / Tanggal      : Senin / 18 April 2016
Waktu                  : 13.00-15.00 WIB
Tempat     : Gedung E, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Undip

3.2  METODE
Membuat bunga angin
1. Siapkan data angin, data angin yang digunakan yaitu data dari Stasiun Meteorologi Maritim Semarang Bulan Juli 2010
2. Siapkan kertas mm blok dan alat tulis.
3. Tentukan pusat sumbu garis pada bagian tengah. Buatlah sumbu garis sebanyak 8  buah dan tandai dengan arah mata angin.
4. Tentukan skala panjang garis. Ambil skala setengah cm untuk 2 persen frekuensi angin.
5. Masukkan data persentase frekuensi sesuai arahnya pada masing – masing sumbu tersebut. Urutkan mulai dari titik pusat secara bersambungan untuk setiap arah mata angin persentase 1 - 5 knot, 5 - 10 knot, 11 – 20 knot dan > 20 knot.
6. Hubungkan antara titik – titik arah mata angin satu dengan lainnya sehingga membentuk lingkaran mata angin.



   
IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      HASIL
Hasil analisa data dan praktikum dari Stasiun Meteorologi Maritim Semarang dari data bulan Juli 2010, diperoleh arah angin terkuat serta dominan berasal dari arah tenggara.

4.2.      PEMBAHASAN
Pada praktikum dan analisa data yang dilakukan pada hari Senin, 18 April 2016 didapat presentase angin terkuat dan dominan berasal dari arah tenggara. Angin  pada dasarnya terjadi karena adanya perbedaan tekanan, tekanan diperoleh akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu tinggi maka akan menghasilkan tekanan rendah, begitu sebaliknya jika suhu rendah akan menghasilkan tekanan yang tinggi. Angin berasal dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah, sehingga diperoleh data arah angin dari arah tenggara karena pada daerah tenggara memiliki tekanan yang lebih tinggi.
Hasil analisa data angin dari stasiun meteorologi maritim Semarang, digunakan Wind Rose sebagai media untuk melihat dominasi arah angin, dan determinasi kekuatan dan presentase angin. Didapat hasil bahwa arah angin terkuat mengarah ke tenggara. Pada dasarnya, wilayah Indonesia terepengaruh oleh angin muson, baik angin muson barat maupun angin muson timur. Pada bulan juli 2010, karena angin yang bertiup merupakan angin muson timur, maka angin akan cenderung bertiup dari arah timur. Namun, karena ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi arah angin seperti adanya gaya corelis yang menyebabkan membeloknya tiupan angin, sehingga membuat angin cenderung bertiup dari arah tenggara, namun tetap terlihat pada windrose, angin juga tetap bertiup kuat dari arah timur.
Pada saat praktukum analisa data angin, digunakan metode Wind Rose dan tidak menggunakan diagram batang, karena jika menggunakan diagram  batang perlu adanya analisa ulang untuk dapat mengetahui arah yang paling dominan. Selain itu, dengan menggunakan Wind Rose dapat terlihat dengan jelas perbedaan kuat angin dari tiap arah, dengan menggunakan Wind Rose juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan tekanan dan suhu di suatu wilayah.
Dari data yang dianalisa, dapat disimpulkan bahwa tekanan tertinggi berada di wilayah tenggara, sehingga angin akan bertiup dari arah tenggara karena angin bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Dalam data Wind Rose, kekuatan angin diukur dengan mengkategorikannya berdasarkan kecepatan geraknya. Ketegori kecepatannya adalah 1-5 knot, yang merupakan kecepatan angin yang paling sering terjadi, 6-10 knot, dan 11-20 knot, yang merupakan kecepatan maksimum dan paling jarang terjadi apabila dilihat dari data dan Wind Rose.


V.                 
V.               PENUTUP

5.1.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum analisa data angin adalah sebagai berikut:
1.      Dari data dan hasil analisa, diperoleh bahwa angin terkuat dan prosentase yang dominan berasal dari arah tenggara
2.      Dari praktikum, windrose dapat dibuat dengan menganalisa data dari stasiun meteorologi dan diintrepetasikan untuk mendata arah pergerakan angin maupun tekanan di suatu wilayah.


DAFTAR PUSTAKA

Cronin, Meghan F, Shang-Ping Xie, Hiroshi Hashizume. 2003. Barometric
Grafindo Habibie, M. Najib, Achmad Sasmito, Roni Kurniawan. 2011. Kajian
Handoko, Ir. 1999. Klimatologi Dasar. FMIPA. IPB, Bogor.
Karim, Kamarlis. 1985. Dasar-dasar Klimatologi, UNSYIAH, Banda Aceh.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI, Raja Grafindo Persada,Null.
Nasir, A. A. dan Y. Koesmaryono. 1990. Pengantar Ilmu Iklim Untuk Pertanian, Pustaka Jaya, Bogor.
Penerbit PT Setia Purna Inves Potensi Energi Angin di Wilayah Sulawesi dan Maluku. Jakarta. Puslitbang BMKG Pressure Variations Associated with Eastern Pacific Tropical Instability Waves. Journal of Climate Volume 16.
Ruhimat, Mamat dan Mustar. 2008. Geografi Untuk SMA. Bandung.
Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. Bogor : PT. Pratya Utama,
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia : Bandung.
Wahyuningsih, Utami. 2004Geografi. Pabelan : Jakarta.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

WISATA CURUG SIDOARJO SAMIGALUH, WATU TEKEK, DAN KEDAI KOPI MENOREH “PAK ROHMAT”

WISATA CURUG SIDOARJO SAMIGALUH, WATU TEKEK, DAN KEDAI KOPI MENOREH “PAK ROHMAT”                 Tanggal 15 Januari 2017, sekitar pukul 12.00 kami menuju Wisata Curug Sidoarjo atau yang biasa disebut sebagai “Curug Perawan” oleh warga sekitar. Curug tersebut berada di pegunungan Menoreh, Samigaluh, Kulonprogo, DIY. Rute yang bisa dilalui dari pusat Kota Jogja yaitu : Tugu – ke arah Barat (menuju Kulonprogo) sekitar 20 km – Perempatan Kentheng (perempatan Banjo pertama setelah menyebrangi Kali Progo) ambil ke kanan (arah Timur) – lurus terus sampai ketemu Bangjo Perempatan Ndekso – lurus terus (arah Timur) sekitar 1km ketemu pertigaan Boro – Ambil kiri (arah Barat) menuju Objek Wisata Boro, Kulonprogo – lurus terus ikutin jalan belok dan naik turun sekitar 15 menit akan sampai ketemu percabangan (ada Tanda Panah kok) ambil arah Kanan (naik) – lurus terus naik ke atas sekitar 3 menit nanti kiri jalan ada Gerbang Pintu Masuk Wisata Curug Perawan. Rute ini bukan rute sat

Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricate)

Spektrofotometri, Fosfat, Nitrat, Nitrit

1.       Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomic (Hardjadi, 1990).   Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang. Prinsip ke